Sunday, February 16, 2014

Week VII: Pengumuman Diterima Lagi di Kampus Lain

Selasa lalu adalah hari terakhir saya menuntaskan nazar saya puasa 7 hari lantaran diterima di salah satu kampus di Belanda. Pengumuman itu menjadikan saya merasa 'aman' sehingga saya merasa wajib membayarnya. Jadi, setelah itu saya akan fokus berharap pada beasiswa yang saya daftar.

Di hari terakhir puasa tersebut, diri saya terasa berat untuk diajak makan sahur. Alarm HP sudah beberapa kali saya 'snooze'. Sekalipun saya sudah berhasil melek, sempat hampir membiarkan diri untuk tidak sahur. Sebenarnya sih saya sudah biasa untuk tidak sahur. Tapi kalau puasa saat di rumah sendiri seperti ini ya merasa tahu diri buat memberikan 'hak' bagi tubuh, sudah kurus begini kalau puasa dan tidak sahur apa jadinya badan saya?  Lalu, di pagi buta itu saya iseng membuka email, tak seperti biasanya. Seketika nyawa saya terkumpul total karena mendapati email yang menyatakan bahwa saya diterima di universitas lainnya yang ada di Belanda. Jelas saya girang bukan main dan langsung sujud syukur. Saya sadar-sesadar-sadarnya tapi toh masih ada rasa tidak percaya. Bahkan sampai akhirnya, saya hampir telat menyelesaikan sahur saya pagi itu.

Berkah yang saya terima pagi itu sebenarnya memang tidak saya sangka-sangka. Dua minggu sebelumnya saya memperoleh kabar bahwa application saya baru diterima. Itu pun awalnya sempat was-was tidak terkirim dan khawatir terlambat. Informasi yang saya terima menyatakan bahwa saya harus menunggu kurang lebih delapan minggu alias dua bulan untuk pengumumannya. Tapi, memang kuasa hanya milik Allah yang membuat keajaiban sehingga tepat dua minggu saya mendapatkan berita bahagia ini.

Kegirangan saya langsung membawa pikiran saya flash back yang lalu-lalu. Semua usaha memang sudah saya lakukan. Saat ini tinggal menunggu hasil dari usaha saya tersebut. Untuk itu saya berusaha berbuat sebaik mungkin agar Allah membantu saya mewujudkan mimpi saya. Mungkin terdengar pamrih ya? Tapi kan namanya meminta ya hanya kepada Allah bukan? Dan saya jelas percaya dengan janji Allah.

Ada beberapa hal yang menjejali pikiran saya pagi itu yang seolah-olah membenarkan pembuktian janji Allah. Yang pertama adalah sedekah. Sudah banyak cerita tentunya menyoal 'berbisnis' dengan Allah ini. Balasan dari sedekah jauh berlipat ganda dari sedikit yang direlakan. Saya percaya itu. Keinginan saya untuk kuliah di luar negeri bukan hal sepele dengan biaya sedikit. Butuh biaya yang sangat besar, jauh lebih besar dari uang yang saya punya atau bahkan yang keluarga saya punya. Jadi, dengan mengerahkan apa yang saya punya saya yakin akan dibalas Allah. Dan kali ini untuk mendapatkan balasan yang besar logikanya sedekah yang musti saya keluarkan harus besar juga kan? Dan jujur walau awalnya merasa rada berat tapi saya bersyukur mampu mengalahkan rasa berat hati tadi. Toh akhirnya benar-benar dibayar oleh Allah.

Kedua adalah doa orang tua. Malam sebelumnya entah kenapa ibu saya menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Padahal ulang tahunnya sudah telat seminggu. Tentu beliau mendokan saya sebagai hadiahnya. Beliau malah memohon maaf karena tidak bisa memberi apa-apa. Tetapi justru doa adalah hal yang lebih saya harapkan di saat-saat seperti ini. Apalagi doa dari orang tua.  Ternyata beliau memberikan kado terbaik melalui kuasa  Allah keesokan harinya.

Yang ketiga adalah saya sering membaca Al Quran belakangan ini. Awalnya hanyalah dorongan untuk mengisi waktu yang senggang ini dengan hal yang bermanfaat. Hobi saya membaca buku juga tidak tersalurkan karena stoknya menipis. Jadilah sering saya sempatkan seusai solat wajib untuk membaca ayat Allah. Belum lama, saya juga membaca artikel 'hadiah' Allah karena mencintai Al Quran. Saya jadi semakin semangat dan terdorong untung membuktikannya. Toh bukan hal yang buruk malah menjadi hal yang sangat positif. Awalnya, rasa syukur saya adalah karena kemampuan diri saya menjaga untuk membaca Al Quran sedikit demi sedikit. Tapi syukur saya jauh lebih besar karena Allah menghadiahi saya melalui pengumuman admission tersebut.

Kemudian yang terakhir adalah membayar hutang. Saya belum pernah mendengar tentang kaitan membayar hutang dan keinginan yang dikabulkan oleh Allah SWT. Tapi kok ya belakangan saya merasa tidak nyaman mengingat hutang kepada teman saya. Hutang yang jumlahnya tidak sedikit dan sebenarnya lumayan berat untuk membayarnya secara penuh. Teman saya ini sebenarnya belum menagihnya. Bahkan memperbolehkan untuk mencicil sebagaimana permintaan saya dulu. Dia mempertanyakan kenapa sudah ingin saya bayar. Saya pun menyampaikan bahwa saya takut hak saya akan ditahan Allah karena saya menahan hak orang lain. Dan walaupun pada akhirnya saya tidak tahu apakah ada hubungannya atau tidak Allah memberikan hak saya (in syaa Allah).

Mendapatkan pengumuman diterima di kampus lain memang menjadi anugerah yang sangat besar. Tapi tentu saya tidak boleh lupa Allah menyadarkan saya akan kebesaran-Nya melalui cara-cara yang saya lakukan tersebut. Pun, perjuangan saya masih belum selesai. Itu hanya penerimaan dari pihak kampus sedangkan saya belum mendapatkan beasiswanya. Semoga Allah masih akan mempercayakan nikmatnya kepada saya berupa beasiswa untuk membiayai kuliah saya nanti. Saya percaya Allah akan memberikan yang terbaik kepada saya.

Monday, February 3, 2014

Week VI: Menginjak Usia Baru

Alhamdulillahirrabbil 'alamin..

Tentu tidak ada hal lain selain syukur yang saya panjatkan kepada Allah SWT atas nikmatnya yang memberikan kesempatan kepada saya hingga hari ini. Hari dimana saya mendapatkan usia baru. Dan jelas bukan usia anak muda yang bisa seenaknya menjalani hidup seenaknya saja. 

Apa ya? I have got nothing to say but menyukuri semua yang Allah berikan hingga hari ini. Allah memberikan kehidupan yang sangat baik bagi saya hingga saat ini. Saya diberikan keluarga yang selalu mendukung saya. Saya memiliki teman-teman yang baik dan hebat-hebat. Saya melewati pengalaman hidup yang penuh dinamika sehingga lebih berasa dan berwarna.Tidak lupa juga Allah memberikan ujian-ujian agar saya belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih kuat untuk menghadapi kehidupan di masa mendatang. Terlalu banyak..terlalu banyak hal yang bisa saya syukuri. Jadi untuk mempermudahnya saya menyukuri semua nikmat yang Allah berikan kepada saya.

Titipan usia hingga sejauh ini tentu harus dijaga dengan baik. Saya harus berusaha keras untuk mengisinya dengan hal-hal baik. Bukan hanya hal yang bermanfaat untuk diri saya tapi juga orang-orang disekitar saya atau bahkan orang banyak sekalipun. Mimpi-mimpi saya harus saya pegang lebih kuat lagi. Usaha-usahanya juga harus lebih mantap lagi. Saya harus memantaskan diri untuk memperoleh nikmat yang lebih besar lagi. Dengan begitu, Allah pun tidak segan-segan untuk mencurahkan nikmatnya lagi dan lagi kepada diri saya. 

Dan yang terpenting adalah untuk bersyukur kapanpun dan dimanapun. Saat terpuruk seperti sekarang ini bisa jadi saya sangat ingat Allah tapi apakah saya akan mengingat Allah sekuat ini saat saya sedang di posisi atas nanti. Maka, daripada apapun itu, saya berharap segala hal yang telah saya lalui selalu memberikan pengingat bagi saya untuk selalu bersyukur kepada Allah. Bersyukur karena mampu bersyukur atas segala nikmat itu menjadi kebahagiaan tersendiri.