Selasa lalu adalah hari terakhir saya menuntaskan nazar saya puasa 7 hari lantaran diterima di salah satu kampus di Belanda. Pengumuman itu menjadikan saya merasa 'aman' sehingga saya merasa wajib membayarnya. Jadi, setelah itu saya akan fokus berharap pada beasiswa yang saya daftar.
Di hari terakhir puasa tersebut, diri saya terasa berat untuk diajak makan sahur. Alarm HP sudah beberapa kali saya 'snooze'. Sekalipun saya sudah berhasil melek, sempat hampir membiarkan diri untuk tidak sahur. Sebenarnya sih saya sudah biasa untuk tidak sahur. Tapi kalau puasa saat di rumah sendiri seperti ini ya merasa tahu diri buat memberikan 'hak' bagi tubuh, sudah kurus begini kalau puasa dan tidak sahur apa jadinya badan saya? Lalu, di pagi buta itu saya iseng membuka email, tak seperti biasanya. Seketika nyawa saya terkumpul total karena mendapati email yang menyatakan bahwa saya diterima di universitas lainnya yang ada di Belanda. Jelas saya girang bukan main dan langsung sujud syukur. Saya sadar-sesadar-sadarnya tapi toh masih ada rasa tidak percaya. Bahkan sampai akhirnya, saya hampir telat menyelesaikan sahur saya pagi itu.
Berkah yang saya terima pagi itu sebenarnya memang tidak saya sangka-sangka. Dua minggu sebelumnya saya memperoleh kabar bahwa application saya baru diterima. Itu pun awalnya sempat was-was tidak terkirim dan khawatir terlambat. Informasi yang saya terima menyatakan bahwa saya harus menunggu kurang lebih delapan minggu alias dua bulan untuk pengumumannya. Tapi, memang kuasa hanya milik Allah yang membuat keajaiban sehingga tepat dua minggu saya mendapatkan berita bahagia ini.
Kegirangan saya langsung membawa pikiran saya flash back yang lalu-lalu. Semua usaha memang sudah saya lakukan. Saat ini tinggal menunggu hasil dari usaha saya tersebut. Untuk itu saya berusaha berbuat sebaik mungkin agar Allah membantu saya mewujudkan mimpi saya. Mungkin terdengar pamrih ya? Tapi kan namanya meminta ya hanya kepada Allah bukan? Dan saya jelas percaya dengan janji Allah.
Ada beberapa hal yang menjejali pikiran saya pagi itu yang seolah-olah membenarkan pembuktian janji Allah. Yang pertama adalah sedekah. Sudah banyak cerita tentunya menyoal 'berbisnis' dengan Allah ini. Balasan dari sedekah jauh berlipat ganda dari sedikit yang direlakan. Saya percaya itu. Keinginan saya untuk kuliah di luar negeri bukan hal sepele dengan biaya sedikit. Butuh biaya yang sangat besar, jauh lebih besar dari uang yang saya punya atau bahkan yang keluarga saya punya. Jadi, dengan mengerahkan apa yang saya punya saya yakin akan dibalas Allah. Dan kali ini untuk mendapatkan balasan yang besar logikanya sedekah yang musti saya keluarkan harus besar juga kan? Dan jujur walau awalnya merasa rada berat tapi saya bersyukur mampu mengalahkan rasa berat hati tadi. Toh akhirnya benar-benar dibayar oleh Allah.
Kedua adalah doa orang tua. Malam sebelumnya entah kenapa ibu saya menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Padahal ulang tahunnya sudah telat seminggu. Tentu beliau mendokan saya sebagai hadiahnya. Beliau malah memohon maaf karena tidak bisa memberi apa-apa. Tetapi justru doa adalah hal yang lebih saya harapkan di saat-saat seperti ini. Apalagi doa dari orang tua. Ternyata beliau memberikan kado terbaik melalui kuasa Allah keesokan harinya.
Yang ketiga adalah saya sering membaca Al Quran belakangan ini. Awalnya hanyalah dorongan untuk mengisi waktu yang senggang ini dengan hal yang bermanfaat. Hobi saya membaca buku juga tidak tersalurkan karena stoknya menipis. Jadilah sering saya sempatkan seusai solat wajib untuk membaca ayat Allah. Belum lama, saya juga membaca artikel 'hadiah' Allah karena mencintai Al Quran. Saya jadi semakin semangat dan terdorong untung membuktikannya. Toh bukan hal yang buruk malah menjadi hal yang sangat positif. Awalnya, rasa syukur saya adalah karena kemampuan diri saya menjaga untuk membaca Al Quran sedikit demi sedikit. Tapi syukur saya jauh lebih besar karena Allah menghadiahi saya melalui pengumuman admission tersebut.
Kemudian yang terakhir adalah membayar hutang. Saya belum pernah mendengar tentang kaitan membayar hutang dan keinginan yang dikabulkan oleh Allah SWT. Tapi kok ya belakangan saya merasa tidak nyaman mengingat hutang kepada teman saya. Hutang yang jumlahnya tidak sedikit dan sebenarnya lumayan berat untuk membayarnya secara penuh. Teman saya ini sebenarnya belum menagihnya. Bahkan memperbolehkan untuk mencicil sebagaimana permintaan saya dulu. Dia mempertanyakan kenapa sudah ingin saya bayar. Saya pun menyampaikan bahwa saya takut hak saya akan ditahan Allah karena saya menahan hak orang lain. Dan walaupun pada akhirnya saya tidak tahu apakah ada hubungannya atau tidak Allah memberikan hak saya (in syaa Allah).
Mendapatkan pengumuman diterima di kampus lain memang menjadi anugerah yang sangat besar. Tapi tentu saya tidak boleh lupa Allah menyadarkan saya akan kebesaran-Nya melalui cara-cara yang saya lakukan tersebut. Pun, perjuangan saya masih belum selesai. Itu hanya penerimaan dari pihak kampus sedangkan saya belum mendapatkan beasiswanya. Semoga Allah masih akan mempercayakan nikmatnya kepada saya berupa beasiswa untuk membiayai kuliah saya nanti. Saya percaya Allah akan memberikan yang terbaik kepada saya.