Thursday, January 16, 2014

Week III: Indonesia Kembali Berduka Oleh Bencana

Awal minggu ini awan duka menyelimuti bumi Indonesia. Di beberapa tempat musibah sedang menghampiri saudara-saudara kita. Ada banjir di Jakarta, banjir di  Manado dan gunung meletus di Sumatera bagian utara sana. Itu baru bencana dengan skala yang besar. Banjir atau tanah longsor juga terjadi di tempat-tempat lain di saat musim hujan seperti ini.

Hari Minggu yang lalu  kawasan Jakarta dan sekitarnya memang diguyur hujan deras, seharian. Saya saja yang sedang berkunjung ke rumah teman terjebak seharian penuh di rumahnya. Tidak enak juga berlama-lama di sana. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau sudah hujan sampai segitunya Jakarta berpotensi banjir. Dan benar saja, keesokan harinya di layar kaca memberitakan soal banjir ini.

Tapi, di sela-sela berita banjir ada pula berita perkembangan Gunung Sinabung. Sayangnya bukan berita baik melainkan kondisinya semakin parah. Padahal sudah beberapa bulan ini aktivitas gunung itu kurang bersahabat. Sampai sekarang kondisinya juga tak kunjung membaik. 

Musibah banjir juga melanda tanah Sulawesi tepatnya di daerah Manado. Berbeda dengan banjir yang ada di Jakarta, musibah banjir di sana  adalah banjir bandang. Kebayang kan betapa mengerikannya banjir dengan arus air yang deras? Sudah begitu kedalamannya juga tidak main-main. Hari ini bahkan saya dengar ada korban jiwa yang meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Well, cukuplah saya menyampaikan daftar kabar duka tersebut Di sini saya harus mencatat apa rasa syukur saya. Bukan, bukan saya bersyukur atas penderitaan yang diterima oleh saudara-saudara kita lantaran musibah tersebut. Jahat sekali kalau sampai ke pemikiran itu, ya iyalah ya. Tapi, saya bersyukur atas kondisi saya dibandingkan dengan kondisi mereka yang sedang ditimpa musibah tadi. Dan hal ini mengingatkan saya akan kondisi tahun lalu yang menjadi salah satu titik balik saya.

Tahun lalu, layaknya tahun ini, bencana banjir juga melanda Jakarta. Beritanya juga berada dimana-mana karena dampaknya tidak kalah memprihatinkan. Bahkan lebih parah karena. Dari berita itu, yang saya dapati bukan lagi 'sekedar' berita yang ditonton dan merasa kasihan. Jujur saya sebelumnya 'hanya' merasa seperti itu. Ya sampai tahun lalu itu yang benar-benar rasanya merasuk di dalam hati. Mendapati diri saya tidak terkena musibah itu rasa syukur atas nikmat itu jauh lebih terasa daripada sebelumnya. Sekarang pun demikian. Allah masih dengan baik hati tidak memberikan musibah itu kepada saya.

Mendapati rasa syukur yang seperti ini meningkatkan kesadaran empati lagi. Orang-orang yang tidak menjadi korban banjir itu jauh lebih beruntung daripada yang menjadi korban kan? Waktu itu saya membayangkan sendiri bahwa kondisi yang benar-benar buruk. Saya membayangkan kalau saya di posisi korban banjir pasti akan kedinginan karena hujan terus menerus. Tidak ada selimut  atau baju ganti karena semuanya tertinggal di rumah yang sedang kebanjiran. Nanti bisa saja jatuh sakit. Apalagi yang lebih menyedihkan kalau membayangkan anak-anak kecil yang jauh lebih lemah. Hanya kepikiran itu saja, bukan makanan, bukan uang, bukan tempat tinggal. Dan semakin sulit dibayangkan lagi kalau mengalaminya langsung.

Nah kalau sudah merasa sampai titik itu tentu hati kita tergerak untuk membantu mereka. Apapun sajalah motifnya. Bisa jadi 'membayar' kebaikan Allah karena tidak ikut-ikutan tertimpa musibah. Atau benar-benar berempati dengan kondisi yang mereka hadapi. Atau karena menempatkan mereka sebagai saudara kita yang harus dibantu karena kedekatan emosinya. Apapun itu, pada akhirnya kan membantu mereka juga.

Tentu sangat boleh mendapat hikmah 'sebatas' rasa syukur seperti yang saya sadari tahun lalu. Menurut saya pun itu sangat jauh lebih baik dibanding dengan sekedar menonton berita tanpa ada rasa syukur yang meresap di dalam hati. Tapi alangkah baiknya kalo kemampuan berlebih yang kita miliki digunakan untuk membantu meringankan beban saudara kita. Silakan saja membantu. Semampunya saja asal ikhlas, sedikit uang jajan, sedikit makanan atau pakaian-pakaian yang sudah tidak dipakai, akan jauh memberikan manfaat yang lebih banyak bagi mereka. Percaya deh, berbagi itu membahagiakan. 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.